Seorang gadis manis bernama Ananda Putri Fransiska saat ini akan menghadapi hari pertamanya masa SMA di SMA Citra Bangsa, Jakarta. Pagi-pagi benar Mamanya sudah membangunkan Ananda.
“Ananda, bangun sayang. Kamu harus siap-siap pergi ke sekolah.” Mama membangunkanku dengan suara lembut.
Ananda menggeliat dan berusaha membuka mata yang serasa sangat berat. Maklum saja, tadi malam dia tidur jam 12 karena asyik menonton film FTV yang sudah menjadi kebiasaan setiap malam. Setelah bangun, Ananda langsung berjalan ke kamar mandi dan segera mandi.
“Mama.... tali rambut warna biruku ada dimana?” teriak Ananda.
“Ada di kotak warna merah, sayang” balas mama sambil menyiapkan sarapan. Letak kamarku dengan ruang makan memang tidak terlalu jauh.
Setelah selesai merapikan penampilan, Ananda segera menuju ke ruang makan. Sudah tercium aroma udang panggang dan ayam kecap kesukaannya. Mama dan Papa Ananda sudah menunggu di ruang makan. Mama Ananda paling tahu apa yang disukainya. Di depan Ananda telah tersedia alat makan berwarna biru. Merekapun segera menyantap makanan yang telah dimasak Mama.
“Wah, rasanya begitu lezat, sampai-sampai masakan restoran berbintang limapun kalah lezatnya dengan masakan Mama.” Puji Ananda.
Setelah selesai sarapan, Ananda dan Papanya segera menuju ke halaman depan kemudian masuk kedalam mobil.
Setelah berpamitan pada Mama, Papa segera menancapkan gas mobil. Dalam waktu tiga puluh menit, Ananda sudah sampai disekolah. Memang jarak rumah dan sekolah Ananda hanya enam kilometer. Jadi tidak memerlukan banyak waktu untuk sampai disana, lagi pula ini masih pagi dan jalanan belum terlalu macet.
Setelah berpamitan pada Papanya, Ananda segera memasuki gerbang sekolah dan mencari ruang kelasnya. Sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi, tetapi Ananda belum memukan ruang kelasnya jugas. Tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.
“hey, cepat masuk kelasmu! Nanti kalo terlambat masuk kelas bisa dapat hukuman. Apalagi kamu anak baru kan?” kata seseorang dibelakangku.
“tapi, aku belum menemukan ruang kelasku.” Kata Ananda sambil berbalik badan.
Ternyata yang sedang berdiri di belakangnya tadi adalah seorang pangeran yang amat sangat tampan nan mempesona.
“Ow, jadi kamu belum menemukan kelasmu. Mau aku antar?” sambung cowok tampan itu.
“Boleh....” Jawab Ananda sambil terus mengagumi ketampanan cowok itu.
“Ayo lewat sini.” Cowok itu menunjukkan jalan ke ruang kelas Ananda.
Sesampainya di depan kelas Ananda, cowok itu langsung berlari pergi meninggalkan Ananda.
“Sampai jumpa lain waktu. Aku pergi dulu ya. Bye..” teriak cowok itu sambil berlari.
“Hey, kak. Trima kasih ya...” ucap Ananda.
Cowok itu hanya mengacungkan ibu jarinya pada Ananda sambil terus berlari.
Di dalam kelas, Ananda hanya melamunkan cowok tadi. Danar, sahabatnya memanggil berkali-kali, tapi tak dihiraukannya sama sekali.
“Hey, kamu ini dipanggili dari tadi... lagi nglamunin apaan sih ?” Ucap Danar sambil memukul Ananda dengan kertas.
“Aw, sakit tahu...” teriak Ananda.
“Lagian kamu dari tadi dipanggili, tapi aku gak dipeduliin sama sekali.” Jawab Danar.
“Hehe... ya maaf. Aku lagi mikirin cowok keren tadi tuh. Dia siapa ya?” Sahut Ananda.
“Siapa sih? Cowok yang mana?”
“Yang tadi nganter aku ke kelas ini. Masa kamu gak tahu sih?”